Thursday, June 25, 2015

Leap Year

Tidak terasa tahun ajaran sudah berganti, sudah waktunya memasuki bulan suci Ramadhan lagi. Masih ingat Ramadhan tahun lalu? Pertama kalinya menginjakkan kaki sebagai Smalane (technically, but not official yet), mengenal sekolah ini untuk pertama kalinya. Rasanya belum lama, tapi juga sudah lama. Kelas 10 terasa cepat sekali berlalu, tetapi aku juga merasa sudah menjadi bagian dari Smala dalam waktu yang lama, sampai kurasa tempat ini merupakan rumah keduaku. Tempatku tumbuh di samping tempat belajar.

I’ll admit one thing. This year is one of the most important years in my life. Tahun di mana aku membuka mata, belajar, berubah. I feel like this is my turning point in life. I made crazy decisions, walked through some kind of storms, saw things through many eyes and perspectives. This year was really challenging and hard at times, but I’m happy to say that I feel like finally have found myself. I grew better as I grew bigger.  Wiser I suppose, even tho still not wise enough.

This year I’ve made friends and new families. Met some boys, got out of weird relationships. Look around and increase my social awareness. Be passionate with new experiences, be passionate about people. Make peace with myself.

Sebuah mantra – hasil tidak akan mengkhianati usaha – merupakan kalimat yang bergema di dinding sekolah setiap harinya. Memang usaha merupakan faktor besar dari hasil yang akan didapat nantinya, but I’ve learned that there are more of it than what the words say.

Hasil tidak akan mengkhianati niat.
Hasil merupakan cerminan dari kehendak Allah that will turn out for the best.

I’ve had heartbreaks and tears because there are times I felt like I have given my all, I have sacrificed things and prepared much, but still it’s not enough.

Ternyata kembali lagi, setelah dikomunikasikan ke hati, niatlah yang belum sepenuhnya lurus. Masih ada ego berbicara. Padahal there are no rooms for that here.

Sakit se rasanya, capek. Tapi ya itu tadi. Belajar untuk ikhlas. Let go. Percaya bahwa yang terpilih itu memang orang-orang yang terbaik untuk ke depannya. Amanah tidak akan salah memilih tuannya kan? Memang Allah yang paling mengerti, dan dengan ridha-Nya dipindahkanlah diri ini ke tempat yang lebih pantas. Same things happen in life. You get rejected, you get dumped, you don’t always get what you want. It hurts but it will turn out for the best.

Hari ini baru saja mendapat sebuah amanah berupa selembar kain yang merupakan buah perjuangan, bukti perjalanan berharga yang kulalui tidak lama lalu. Berat sekali rasanya melangkah dan menggerakkan tangan untuk mengambilnya. Tahu rasanya? Mengevaluasi diri dalam hati dan pikiran terus berkata “Sudah pantas ta? Kamu lo masih kaya gini.” Dan dalam sekejap semua negativity yang ada dalam diriku mengalir dari ingatan. Pikiran terasa hiruk pikuk dengan suara bersahutan mulai dari “Belum pantes kamu jadi mbak mas”, “Di sana ae gadipercayai ya di sini harusnya juga belum”, sampai “Tapi aku sudah menjalani prosesnya bersama-sama angkatan, ya harusnya berhak”. Lalu ada seorang teman yang berbicara kepada angkatan bahwa kita di sini nggak berjuang sendirian, semua saling membantu supaya bisa menjalankan amanah ini bersama-sama. Jangan lihat siap atau tidaknya hanya dari sisi individu, karena masing-masing dari kita mempunyai kekurangan. Thanks to that, lumayan bisa mengusir pikiran-pikiran di kepala dan positive thoughts mulai bermunculan. I got up the courage, berdiri dan mengambil itu disaksikan mereka yang merupakan komponen penting dari perjalanan ini. Selama ini the thought of getting it was always exciting, but it kinda feels unpleasant at some way, not sure whether or not you are worthy of it.

Alhamdulillah banyak sekali pelajaran yang bisa kuambil tahun ini. Banyak memori tercetak, banyak pengalaman terukir. Semakin banyak kertas-kertas kecil, foto jepretan photobox, dan simbol perjalananku dari awaal sekali tersimpan dalam “memory box”.

Jadi, buat kalian yang belum paham, sering bertanya
”Kenapa? Buat apa?”
Here’s why.
Simply for all those amazing stories to tell when I’m old and gray, memperluas pandangan, mempersiapkan diri untuk kehidupan, sebagai bentuk kontribusi untuk almamater tercinta. But more importantly, for all the amazing friends (family) I’ve made along the way.

So yeah. I’d say there’s no such thing as too late (or too early) to change, to take risks, to do things that you want to do, to be who you want to be. No matter how it will turn out, grab it and I promise you, it will worth the struggle.

No comments:

Post a Comment