Monday, June 8, 2015

Behind The Scene

Seorang aktor utama adalah seorang bintang, sebuah aset, dan merupakan spotlight utama dari sebuah pertunjukan. Aktor adalah penggerak dan merupakan center dari film yang dibawanya – begitu di mata sebagian besar orang. Mereka adalah idola yang dipuji-puji dan dihafalkan biodatanya oleh masyarakat, sehingga nama mereka diingat sejarah dalam waktu yang lama.

Tetapi tahukah kita bahwa di balik mereka yang berkemampuan mahir dalam berakting, yang selama ini kita bangga-banggakan, terdapat unsur-unsur hebat lainnya yang membawa film tersebut? Mereka-mereka yang namanya hanya muncul di awal film dan muncul lagi di saat roll credit disertai soundtrack penutup film. Mereka yang sama sekali tidak mendapat perhatian kita. Producer, casting, figuran, tata panggung, kameramen, dan masih banyak lagi.

Sebuah kesatuan memiliki komposisi dengan takarannya sendiri. Apabila kesatuan ini dapat berjalan, dapat kita simpulkan semua bagiannya juga berjalan. Sebuah motor memang sangat penting, tetapi bagian lain juga sama pentingnya.

Kesalahan dari masyarakat bukanlah karena mereka mengapresiasi seorang motor secara berlebihan(overrated), toh memang pekerjaan sebuah motor itu keras dan sangat berarti untuk kesatuan. Semua apresiasi yang mereka dapat juga merupakan buah dari kerja keras mereka yang layak mereka dapatkan. Kesalahan masyarakat terletak pada kekurangterbukaan pikiran mereka bahwa selain orang-orang yang berada di bawah sorotan spotlight, terdapat orang lain yang mengangkat mereka dan mensukseskan pertunjukan. Boleh jadi mereka hanya sebatas peran pembantu, tetapi usaha yang mereka berikan siapa yang tahu. Mereka sama-sama berjuang dengan keras, sama-sama meneteskan keringat dengan jumlah yang sama, tetapi tidak mendapat setengah dari bayaran dan apresiasi para bintang. Tidak apa, karena mereka ikhlas melakukan semuanya.

Tidak apa nama mereka hanya terpampang di layar selama tiga detik.
Tidak apa bayaran dan ketenaran mereka tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan.
Tidak apa tidak mendapatkan apresiasi yang layak mereka dapatkan.
Tidak apa, rezeki orang memang berbeda-beda.

Tetapi tolong jangan katakan
“Buat apa kamu di sini, ragamu hadir di sini, kalau tidak membantu mereka?”
Karena jujur saja rasanya sakit, mengerti bahwa kita sudah berusaha sangat keras – tanpa mengharap nama – tetapi masih saja tidak dipercaya oleh orang lain, tidak mendapatkan sedikitpun recognition atas perjuangan kita. Perjuangan yang mungkin saja merupakan sebuah kunci dari keberhasilan bersama yang tidak terlihat orang lain.

Pernahkah kamu jadi berpikir, bagaimana jika posisi berjuangku tidak di sini, tapi di sana? Di tempat yang lebih terlihat dan mudah diraih orang banyak. Di mana kamu tidak akan merasa selelah ini, tapi mendapat pandangan yang lebih baik, mendapatkan rumah yang lebih layak. Mendapat sebersit perasaan bangga dan tidak merasa serendah penghambat.

Cause honestly – is there anything worse than giving your all and treated as if you give none just because your work is not the work they wish to see? 
.
.
.
.
.
.
.
.
Tapi memang siapa yang menentukan ranah juangku kalau bukan... aku sendiri?

Jadi salah siapa?


No comments:

Post a Comment