Ratapan menerpa gerbang kalbuku
Aroma anyir darah mengganggu lelapku
Genggaman bambu runcing di tanganku
Peluh terpompa mengucur di dahiku
Perut yang meronta akibat laparku
Di batas sunyinya nalar pikiranku
Daging kakiku tercerai berai
Tumbuhan liar merambatinya
Sementara nanah dan darah mengalirinya
Wajah-wajah berdarah terkapar di sekelilingku
Usah kau tanyakan lagi asa tersisa
Aku tahu aku takkan bisa bertahan
Desingan timah mungil panas mengoyak raga anak bangsa
Detik-detik penuh dengan ancaman
Ketika raga di ujung darah penghabisan
Mata terluka yang selalu mengintai
Raga yang mengempis akibat kucuran darah bagai badai
Tak kenal senjata tak kenal mati
Aku rela mati karena merah putih dan persada tercinta
No comments:
Post a Comment